Belum meratanya pembangunan dalam negeri sendiri memang harus menjadi perhatian utama pemerintah. Kesenjangan sosial dapat terlihat dari daerah-daerah terpencil yang belum terkena perkembangan. Sebagai contoh pembangunan infrastruktur berupa jalan di daerah-daerah terpencil bisa dikatakan masih jauh dari harapan. Pemerintah saat ini tengah berupaya membangun sejumlah infrastruktur berupa jalan sebagai akses 'menyentuh' daerah-daerah terpencil. Banyak timbul cerita memperihatinkan imbas tidak meratanya pembangunan di Indonesia.
Sebagai contoh kisah para penduduk yang berada di sebuah daerah terpencil. Desa Osong, Kabupaten Seram, Maluku, Sejumlah masyarakat di kawasan ini masih merasakan sulitnya melakukan komunikasi via telepon seluler. Kenapa?, komunikasi di daerah ini merupakan suatu hal yang luar biasa mahal. Menurut penuturan seorang warga, untuk membeli pulsa saja dengan nominal 10 ribu, disini harus mengeluarkan kocek berkisar satu jutaan. Bandingkan dengan di kota besar Indonesia, pulsa 10 ribu seperti tidak ada harganya dan bisa dibeli dimana saja. Jika dibandingkan lagi, pulsa 10 ribu seharaga 1 jutaan, sama saja pulsa 10 ribu seharga 1 handphone baru.
Meski demikian, masih ada saja warga yang mau membeli pulsa yang harganya sangat tinggi tersebut. Alasannya, mereka ingin selalu tetap berkomunikasi dan bertukar informasi dengan pihak keluarga lainnya yang berada di luar kota. Pendapatan masyarakat desa setempat hanya bergantung pada hasil bumi, seperti pertanian dan perkebunan, dan tergantung saat masa panen.
Kenapa bisa semahal itu?, Berikut penjelasannya
Sebenarnya bukan harga pulsanya yang mahal, melainkan ongkos yang harus dikeluarkan untuk membeliu pulsa tersebut. Penduduk Desa ini, harus mengeluarkan kocek untuk biaya transportasi mereka membeli pulsa. Dengan menggunakan transportasi laut harus mengeluarkan kocek Rp500 ribu sekali jalan. Sedangkan untuk pulang pergi harus mengeluarkan kocek sekitar Rp 1juta.
Untuk membeli pulsa, warga desa ini harus berjalan keluar desa, karena di desa tersebut sangat susah sekali sinyal. Mereka harus pergi dulu ke Ibu kota kecamatan. Desa ini sangat terisolir, bahkan beberapa wilyahanya belum dialiri listri, dan belum terdapat jembatan, dan jalan aspal.
Namun kondisi demikian, tidak menghalangi keinginan para orang tua desa tersebut untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi. Bahkan para orang tua mereka rela berkorban harus berjalan puluhan kilometer demi berkomunikasi dengan anak-anak mereka yang sedang menempuh pendidikan di kota-kota besar sekitar, seperti Ambon.
SUMBER penulisketjil.blogspot.co.id