Memiliki keterbatasan tak membuat orang-orang yang berkebutuhan khusus ini menyerah dan tak berbuat apapun untuk hidup. Di saat banyak orang berkebutuhan khusus lebih memilih meminta belas kasihan orang, itu tidak bagi Suwadi. Seorang paruh baya yang hidup di Yogyakarta ini memiliki caranya sendiri untuk bertahan hidup daripada memelas dan mengemis belas kasihan orang lain yang ia temui.
Ia memilih mencari nafkah dengan jerih payah keringatnya sendiri. Pria tunanetra ini berjalan berpuluh-puluh kilometer mengandalkan tongkatnya, dengan setumpuk keset di atas kepalanya. Ya, Suwadi adalah seorang penjual keset keliling.
Bila bagi orang biasa pekerjaan ini terlihat berat, lain halnya dengan Suwadi. Dia sudah terbiasa berjalan kaki dari tempat tinggalnya di daerah Sewon, Bantul, Yogyakarta, untuk berjualan keset drai rumah ke rumah, kampung ke kampung. Panas terik matahari dan ramainya arus lalu lintas jalanan tak membuatnya berkecil hati, untuk tetap menyusuri jalanan menjajakan dagangannya.
"Saya biasa berangkat dari rumah pagi hari. Dari pada tidak melakukan apa-apa, saya lebih senang bekerja walaupun hasilnya tak seberapa yang penting caranya benar jadi hasilnya halal," katanya beberapa waktu lalu.
Semangat tanpa batas membuat Suwadi terus bekerja untuk menghidupi dirinya dan juga keluarganya meski ia adalah seorang tuna netra. Tak hanya menginspirasi, apa yang dilakukan oleh Suwadi mampu menjadi contoh bagi siapa saja yang ingin meningkatkan taraf hidupnya, yakni dengan tekun dan rajin bekerja, walaupun dengan keterbatasan yang dimilikinya.