Bulan diperhitungkan menjadi tempat tinggal manusia ketika planet Bumi telah mulai rusak oleh polusi. Tak hanya planet Bumi, Mars dan Venus pun digadang-gadang sebagai tempat tinggal manusia.
Melihat kemungkinan ini, Dennis M. Hope, pengusaha asal Nevada, Amerika Serikat menjual kaveling lahan. Tak hanya di bulan, dia mengumumkan perusahaannya menjual properti di bulan dan obyek lain dalam tata surya.
Dilansir dari Vice, penegasan ini diungkapkan Dennis M. Hope, melalui dua situs Internet lunarembassy dan moonestates. Melalui dua situs ini, Dennis menjual secara daring kaveling lahannya. Uniknya, dia belum pernah menginjakkan kaki di kaveling lahan yang dijualnya. Bisnis penjualan kaveling lahan oleh Dennis M. Hope, bermula pada 1980.
“Aku memulai tahun 1980 setelah aku bercerai dengan istriku. Aku benar-benar tak punya uang saat itu,” kata Dennis seperti dikutip dari laman Vice. Denis menjual kaveling di bulan dengan harga murah. Hanya US$ 126 atau sekitar 1,65 juta rupiah untuk sekitar 4 hektar kaveling.
Bila berminat, Dennis tidak mengantarkan pembeli melihat kaveling yang dibeli. Ia hanya memberikan koordinat masing-masing kaveling. Dia pikir bisnis properti bakal bisa jadi ladang subur untuk memanen duit. Tapi, sayangnya, dia tak punya modal aset properti. “Lalu aku melihat ke luar jendela dan melihat bulan. Aku pikir, ‘Hei, di atas sana ada banyak sekali properti.’”< Celah Hukum
Dengan tekun, Dennis menelusuri hukum yang berkaitan dengan “bisnis” di antariksa. Hanya ada dua hukum yang mengatur urusan di atas sana, yakni Traktat Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1967 tentang Antariksa dan Traktat PBB Tahun 1979 tentang Bulan. Traktat PBB tentang Bulan bisa dianggap tak ada lantaran hanya ditandatangani oleh 14 negara. Tak satu pun negara adidaya di antariksa, seperti Amerika, Rusia, dan Cina, masuk di antara 14 negara itu.
Setelah membaca dua traktat PBB itu, Dennis merasa telah menemukan satu peluang bisnis yang sangat gurih. Menurut Traktat PBB tentang Antariksa, tak ada satu negara yang berhak mengklaim berdaulat atas planet, bulan, atau obyek antariksa lain di luar bumi. “Artinya, semua benda itu tak ada pemiliknya,” Dennis menafsirkan isi traktat tersebut.
“Aku memulai tahun 1980 setelah aku bercerai dengan istriku. Aku benar-benar tak punya uang saat itu,” kata Dennis seperti dikutip dari laman Vice. Denis menjual kaveling di bulan dengan harga murah. Hanya US$ 126 atau sekitar 1,65 juta rupiah untuk sekitar 4 hektar kaveling.
Bila berminat, Dennis tidak mengantarkan pembeli melihat kaveling yang dibeli. Ia hanya memberikan koordinat masing-masing kaveling. Dia pikir bisnis properti bakal bisa jadi ladang subur untuk memanen duit. Tapi, sayangnya, dia tak punya modal aset properti. “Lalu aku melihat ke luar jendela dan melihat bulan. Aku pikir, ‘Hei, di atas sana ada banyak sekali properti.’”< Celah Hukum
Dengan tekun, Dennis menelusuri hukum yang berkaitan dengan “bisnis” di antariksa. Hanya ada dua hukum yang mengatur urusan di atas sana, yakni Traktat Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1967 tentang Antariksa dan Traktat PBB Tahun 1979 tentang Bulan. Traktat PBB tentang Bulan bisa dianggap tak ada lantaran hanya ditandatangani oleh 14 negara. Tak satu pun negara adidaya di antariksa, seperti Amerika, Rusia, dan Cina, masuk di antara 14 negara itu.
Setelah membaca dua traktat PBB itu, Dennis merasa telah menemukan satu peluang bisnis yang sangat gurih. Menurut Traktat PBB tentang Antariksa, tak ada satu negara yang berhak mengklaim berdaulat atas planet, bulan, atau obyek antariksa lain di luar bumi. “Artinya, semua benda itu tak ada pemiliknya,” Dennis menafsirkan isi traktat tersebut.
Untuk mengklaim kepemilikan atas bulan dan delapan planet beserta satelit-satelitnya, Dennis melayangkan proposal ke PBB. Tapi proposalnya tak pernah berbalas. “Mereka sungguh memalukan…. Yang penting aku tak pernah mendapatkan penolakan atas semua klaim itu. Titik,” kata Dennis.
Sampai hari ini, dia mengklaim, Moon Estates dan Lunar Embassy telah menjual lebih dari 611 juta acre lahan di bulan, 325 juta acre tanah di Planet Mars, serta lebih dari 125 juta tanah di Venus dan Planet Merkurius. Di antara pembeli kaveling di luar bumi itu, menurut Dennis, adalah tiga mantan Presiden Amerika: Jimmy Carter, Ronald Reagan, dan George W. Bush. Mereka tak membeli langsung dari Dennis, tapi melalui sejumlah orang dekatnya.
Sejak 2004, Dennis dan para pemilik tanah di antariksa itu telah “memproklamasikan” berdirinya “negara” Republik Galaktik. What? “Kami perlu waktu tiga tahun untuk merumuskan konstitusi kami,” kata Dennis. Boleh percaya, boleh tidak, Republik Galaktik versi Dennis Hope ini konon punya lebih dari 3 juta pemilik tanah. Mereka konon juga punya sistem perbankan dan mata uang, yakni Delta. “Kami berniat bergabung dengan Dana Moneter Internasional (IMF).”
Sebenarnya Dennis Hope bukan orang pertama yang mengklaim kepemilikan atas bulan dan planet-planet lain. Pengusaha Jerman, Martin Juergens, mengklaim bahwa bulan merupakan milik keluarganya turun-temurun sejak 15 Juli 1756 setelah Raja Prusia, Frederick Agung, menganugerahkan bulan kepada Aul Juergens sebagai balasan atas pengabdiannya.
Ray Allsip, teman lama Dennis, tak terlalu menganggap serius 1.400 acre tanah di bulan yang dia beli dari kawannya itu dengan harga hanya US$ 15 atau kurang dari Rp 250 ribu. Sertifikat tanah itu dia gantung di ruang tamu rumahnya. “Paling tidak, aku bisa mendapatkan bahan obrolan yang nilainya lebih dari US$ 15,” kata dia, kepada LA Times, diiringi tawa berderai.
SUMBER forum.liputan6.com
Sampai hari ini, dia mengklaim, Moon Estates dan Lunar Embassy telah menjual lebih dari 611 juta acre lahan di bulan, 325 juta acre tanah di Planet Mars, serta lebih dari 125 juta tanah di Venus dan Planet Merkurius. Di antara pembeli kaveling di luar bumi itu, menurut Dennis, adalah tiga mantan Presiden Amerika: Jimmy Carter, Ronald Reagan, dan George W. Bush. Mereka tak membeli langsung dari Dennis, tapi melalui sejumlah orang dekatnya.
Sejak 2004, Dennis dan para pemilik tanah di antariksa itu telah “memproklamasikan” berdirinya “negara” Republik Galaktik. What? “Kami perlu waktu tiga tahun untuk merumuskan konstitusi kami,” kata Dennis. Boleh percaya, boleh tidak, Republik Galaktik versi Dennis Hope ini konon punya lebih dari 3 juta pemilik tanah. Mereka konon juga punya sistem perbankan dan mata uang, yakni Delta. “Kami berniat bergabung dengan Dana Moneter Internasional (IMF).”
Sebenarnya Dennis Hope bukan orang pertama yang mengklaim kepemilikan atas bulan dan planet-planet lain. Pengusaha Jerman, Martin Juergens, mengklaim bahwa bulan merupakan milik keluarganya turun-temurun sejak 15 Juli 1756 setelah Raja Prusia, Frederick Agung, menganugerahkan bulan kepada Aul Juergens sebagai balasan atas pengabdiannya.
Ray Allsip, teman lama Dennis, tak terlalu menganggap serius 1.400 acre tanah di bulan yang dia beli dari kawannya itu dengan harga hanya US$ 15 atau kurang dari Rp 250 ribu. Sertifikat tanah itu dia gantung di ruang tamu rumahnya. “Paling tidak, aku bisa mendapatkan bahan obrolan yang nilainya lebih dari US$ 15,” kata dia, kepada LA Times, diiringi tawa berderai.
SUMBER forum.liputan6.com
Related Posts