Tentara ISIS baik lokal maupun asing banyak yang hengkang. Kebanyakan dari mereka meninggalkan organisasi itu karena bayaran yang berkurang.
Tak sedikit dari mereka tewas atau dibunuh karena dianggap melakukan pengkhianatan. Akibatnya, kini organisasi teroris itu merekrut bocah sebagai gantinya. Hal itu diungkapkan oleh laporan dari AS yang diterbitkan Senin 14 Maret 2016.
"Indikasi lainnya adalah para pemimpin sedang berjuang untuk merekrut orang dewasa dan membuatnya bertahan di organisasi itu," kata juru bicara Departemen Pertahanan AS, John Kirby seperti dilansir dari Al Arabiya.
"Juga semakin banyaknya pengkhianatan di level prajurit menengah, sehingga grup itu bergantung pada tentara bocah," lanjut Kirby.
"Awalnya, mereka menggunakan anak-anak untuk mengoleksi data intelijen, informasi dan menggunakan mereka sebagai bomber bunuh diri...yang hingga kini masih dilakukan," tambah lagi.
"Sekarang, kami mendapati laporan para bocah itu bersanding dengan tentara dewasa di lapangan."
Kendati demikian, AS masih menganggap ancaman ISIS dengan sangat serius."ISIS masih sangat mematikan," ujarnya.
Militer AS selama 2 tahun telah memimpin koalisi 60 negara untuk melawan ISIS.
Grup teroris itu telah menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah.
Sementara itu dialog damai tengah dilakukan di Suriah antara pemerintah rezim Bashar al-Assad dan oposisi. Salah satu poin penting adalah genjatan senjata dan pada hari Selasa, (15/3/2016), Rusia mengonfirmasi menarik tentaranya yang selama ini mendukung Damaskus.
SUMBER global.liputan6.com