Joanna Palani punya pengalaman yang tak dimiliki perempuan seumurnya. Wanita muda berparas rupawan ini, merupakan relawan yang pergi ke Suriah untuk melawan kelompok radikal ISIS.
Awalnya, perempuan asal Denmark itu sama seperti mahasiswa lain. Yaitu punya tujuan bersekolah dan mengenyam pendidikan setinggi mungkin.
Namun, tiba-tiba niatan untuk melawan ISIS muncul dari dalam dirinya. Tekad itu datang karena dia percaya penerapan HAM harus diterapkan ke semua manusia tanpa terkecuali.
Saat niatan itu semakin kuat tumbuh, Joanna akhirnya memutuskan untuk angkat senjata dan terjun langsung ke medan pertempuran bersama Tentara Kurdi melawan ISIS. Meski, karenanya ia putus kuliah.
Ketika kembali ke rumahnya di Kopenhagen Denmark, Joanna menceritakan, betapa mencekamnya medan perang yang telah dilaluinya.
Walau begitu, dia membantah isu kalau ISIS sulit dikalahkan. Bahkan dari pengalamannya, ISIS tak sekuat yang selama ini digadang-gadang.
"Militan ISIS begitu mudah untuk dibunuh," ujar Joanna seperti dikutip dari The Sun, Jumat (27/5/2016).
Tanpa ragu, Joanna membandingkan kemampuan dari ISIS dan Tentara Presiden Suriah Bashar Al-Assad. Dia mengatakan, ISIS tak ada apa-apanya jika dibandingkan pasukan Assad.
"Kelompok ISIS sangat baik dalam hal mengorbankan nyawa. Namun, pasukan Assad sangat terlatih, mereka punya keahlian sebagai mesin pembunuh," jelasnya.
Walau terbiasa melihat darah bercucuran dan korban berjatuhan di medan perang, dia menyebut ada satu peristiwa sedih yang sampai sekarang masih melekat dipikirkannya.
Kejadian itu adalah ketika dia menerima sepucuk surat dari seorang bocah perempuan yang disandera kelompok ISIS. Joanna menyebut, terkejut membaca surat itu karena berisi pengakuan sang bocah yang diperkosa saat disekap.
"Walau saya seorang pejuang, begitu sulit bagi saya ketika membaca surat yang isinya soal bocah muda tewas karena pendarahan akibat diperkosa," sebutnya.
Joanna meninggalkan sekolahnya untuk terjun ke medan perang pada November 2014 lalu. Tujuan utamanya adalah ke Irak.
Beberapa lama setelah dia tinggal di Irak, dirinya pergi menuju Rojova Suriah. Dalam peperangan melawan ISIS, Joanna tergabung dalam selama 6 bulan awal bersama Unit Pelindung Masyarakat. 6 bulan kemudian, Joanna resmi masuk ke Tentara Pejuang Elit Peshmerga.
SUMBER global.liputan6.com