R27mUISKY8MAeCpFpAtsSpjGWGukfoZYVKEfkHA4

Cuaca Alien Yang Paling Mengerikan

Kita mengenal ada 2 jenis cuaca di Indonesia yaitu cuaca hujan dan kemarau. Berbeda dengan saudara saudara kita di negara lain, mereka umumnya memeiliki 4 musim yaitu salju, musim semi, musim kemarau dan musim hujan. Itulah jenis cuaca yang biasa terjadi di planet kita yaitu bumi. Bagaimana dengan planet planet lain? apakah mereka memiliki cuaca seperti kita? ya sahabat anehdidunia.com mereka memiliki cuaca yang sangat aneh bahkan sangat mengerikan jika terjadi di bumi. Untuk menambah wawasan anda, berikut cuaca alien yang paling mengerikan.

Badai Hujan Kaca


Sahabat anehdidunia.com coba bayangkan kalau suatu hari ketika hujan turun, ternyata bukan air yang membasahi Bumi melainkan kaca. Pastinya kita akan terluka dan mencari pelrindungan. Kisah itu bukan dongeng karena nun jauh di luar angkasa ada sebuah planet seperti itu yang mengitari bintangnya. Uniknya planet ini punya warna yang sama dengan Bumi. Biru! Ingat kan kalau Bumi itu kita kenal sebagai Planet Biru atau Titik Biru Pucat yang dilihat dari luar angkasa. tapi, Planet biru yang satu ini tidaklah persis sama dengan Bumi. Cuma warnanya saja yang sama tapi itupun bukan biru pucat melainkan tua.

Planet Biru Tua tersebut tidak memiliki kemiripan lain dalam hal ukuran, masa atau lokasi di zona laik huni seperti halnya Bumi. Planet yang dilihat Teleskop Hubble milik NASA/ESA tersebut merupakan planet gas raksasa seperti halnya Jupiter dan berada sangat dekat dengan bintang induknya. Pada tahun 2007, Teleskop Spitzer milik NASA mengukur cahaya infra merah dari planet dan menghasilkan peta temperatur exoplanet pertama yang pernah dibuat. Peta itu juga menunjukkan kalau beda temperatur antara sisi siang dan malam mencapai 260º Celsius dan menyebabkan terjadinya angin kencang yang berhembus di sepanjang planet tersebut. Di atmosfer, temperatur planet HD 189733b mencapai 1000º Celsius.

Tapi ada hal lain yang lebih menarik di planet biru tua itu. Warna biru tua yang ada di planet gas raksasa itu bukanlah berasal dari lautan seperti halnya Bumi. tentu saja tidak mungkin dari lautan mengingat lokasi planet yang sangat dekat dengan bintang. Warna biru tua yang menjadi kekhasan planet berasal dari kabut turbulensi atmosfer yang mengandung partikel silikat yang menghamburkan cahaya biru.  Kandungan silikat pada atmosfer menjadikan planet tersebut memiliki curah hujan yang sangat berbeda! Temperatur kondensasi silikat yang sangat tinggi yakni lebih dari 1300º Celsius menyebabkan partikel-partikel silikat di atmosfer membentuk butiran kaca. Akibatnya, hujan yang turun di planet biru tua itu berupa hujan kaca yang turun menyamping ditiup angin yang bergerak 7000 km per jam!

Tornado Magnet


Tornado yang sangat hebat menyapu permukaan Matahari dan berhasil ditangkap oleh satelit milik NASA, Solar Dynamics Observatory (SDO). Video hasil tangkapan SDO menunjukkan bahwa plasma tornado menyapu permukaan Matahari dalam rentang waktu hampir 30 jam, mulai dari 7-8 Februari 2012. Terry Kucera, pakar fisika Matahari NASA, mengungkapkan bahwa ukuran plasma tornado hampir menyamai Bumi dan berputar dengan kecepatan mencapai 480 km per jam.

"Suhunya sekitar 15.000 derajat fahrenheit (sekitar 8.300 derajat celsius), relatif dingin," kata Kucera. Suhu itu tak seberapa dibanding suhu korona yang bisa mencapai jutaan derajat celsius. Tornado ini bukan kali pertama terjadi. Wahana antariksa SOHO milik European Space Agency (ESA) setidaknya telah mendeteksi adanya tornado di Matahari sejak tahun 1996. Tornado di Matahari hampir serupa dengan tornado di Bumi, tetapi tercipta lewat proses berbeda. Jika tornado di Bumi dipengaruhi fluktuasi dan temperatur, tornado di Matahari dipengaruhi magnetisme.

Menurut Kucera, tornado tercipta karena adanya dua gaya magnet yang saling bersaing menarik partikel bermuatan di muka Matahari. Proses ini menciptakan plasma yang berputar di sepanjang medan magnet. Rentang putaran plasma tornado bisa sangat mencengangkan, mencapai ratusan ribu mil. "Secara total, panjangnya bisa lusinan Bumi, besar," cetus Kucera seperti dikutip Foxnews.

Atmospir Plasma


Sebuah planet alien tetangga yang berukuran enam kali lebih besar daripada Bumi tertutup oleh atmosfer yang kaya akan air, termasuk sebuah “bentuk plasma” dari air yang aneh, kata para ilmuwan. Para ahli astronomi telah menetapkan bahwa atmosfer dari planet super-Bumi Gliese 1214 b tampaknya kaya akan air. Akan tetapi, exoplanet ini bukanlah kembaran Bumi. Temperatur yang tinggi dan kepadatan dari planet tersebut memberinya sebuah atmosfer yang sama sekali berbeda dengan atmosfer Bumi.

“Karena temperatur dan tekanannya sangat tinggi, maka air di sana tidak berada dalam bentuknya yang biasa (uap, cair, atau padat), namun berbentuk ionik atau berbentuk plasma di bagian bawah atmosfer bagian interior dari Gliese 1214 b tersebut,” kata peneliti utama Norio Narita dari National Astronomical Observatory, Jepang, pada SPACE.com. Dengan menggunakan dua instrumen di Subaru Telescope di Mauna Kea, Hawaii, para ilmuwan mempelajari cahaya yang bertebaran dari planet tersebut. Mereka kemudian mengkombinasikan hasil-hasil yang mereka dapat dengan hasil-hasil pengamatan terdahulu yang menyatakan bahwa atmosfer dari planet tersebut mengandung jumlah air yang signifikan.

Perubahan Ekstrim Cuaca


Pada rentang waktu antara tahun 2002 sampai 2003 teleskop antariksa Hubble mengambil gambar terbaru dari planet kerdil Pluto. Meskipun gambar dari teleskop luar angkasa Hubble tidak cukup untuk membuat gambaran detail permukaan Pluto, tetapi para ahli bisa mengetahui bahwa ada perbedaan mencolok pada wilayah gelap dan terang yang memberi kesan bahwa Pluto memiliki daerah yang sangat beragam.

Pluto adalah planet dengan perubahan cuaca yang lebih dinamis dari perkiraan para ahli astronomi sebelumnya. Dari gambar-gambar tersebut ditunjukkan bahwa planet kerdil yang terletak pada Sabuk Kuiper ini memiliki perubahan yang sangat cepat pada permukaannya yang disebabkan oleh musim yang sangat ekstrim. Dengan cara membandingkan gambar baru dengan gambar sebelumnya, para ahli astronomi dapat menyatakan bahwa beberapa bagian dari Pluto, termasuk belahan bagian selatan, menjadi secara signifikan lebih gelap dan lebih merah antara tahun 2000 dan 2002, sementara belahan bagian utara menjadi lebih terang. Para ahli memperkirakan perubahan ini terjadi dikarenakan proses pencairan dan pembekuan es seiring perubahan cuaca yang ekstrim.

Cuaca ekstrim Pluto disebabkan karena jarak yang cukup jauh dari Matahari. Pluto membutuhkan waktu 248 tahun untuk melakukan putaran penuh terhadap matahari, mengorbit dalam jalur eliptik yang ekstrim dalam zona Tata Surya yang dinamakan Sabuk Kuiper. Pada titik terdekatnya dunia kecil ini berjarak 4.4 milyar kilometers dari matahari, sementara pada jarak terjauhnya adalah sekitar 7.3 milyar kilometers. Ayunan antara jarak terdekat dan jarak terjauh inilah yang membuat Pluto memiliki cuaca paling ekstrim dari planet manapun dalam Tata Surya.

Cuaca Di Brown Dwarf


Anda mungkin pernah mendengar istilah "brown dwarf (katai coklat)". Ini sebuah benda di angkasa yang dianggap terlalu dingin untuk menjadi bintang dan terlalu panas untuk menjadi planet. Penelitian baru menunjukkan bahwa awan badai yang luar biasa dan hujan besi cair mungkin menjadi fenomena umum pada bintang-bintang gagal yang dikenal sebagai brown dwarf. Para astronom menggunakan teleskop inframerah Spitzer untuk mengamati katai coklat. Mereka menemukan perubahan kecerahan yang mereka percaya menandakan adanya awan badai. Badai ini tampaknya berlangsung setidaknya beberapa jam, dan mungkin dapat sedahsyat badai Great Red Spot yang terkenal di Jupiter.

Brown dwarf adalah objek yang dingin, objek ini seperti bintang tapi tidak memiliki cukup massa untuk meleburkan hidrogen menjadi helium, sumber energi utama bagi bintang. Mereka dapat dianggap sebagai sepupu planet raksasa seperti Jupiter. Heinze dan rekan-rekannya mengukur kecerahan 44 katai coklat sampai 20 jam, sebagai bagian dari program Spitzer "Weather on Other Worlds". Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa katai coklat memiliki cuaca berbadai 5 sampai 10 persen saat itu, sehingga para ilmuwan berharap untuk melihat beberapa variasi kecerahan. Namun yang mengejutkan, hampir setengah dari katai coklat yang diamati menunjukkan variasi tersebut.Dengan mempertimbangkan fakta bahwa sekitar setengah katai coklat berorientasi sedemikian rupa sehingga badai bisa tersembunyi, atau hanya berubah, data ini menunjukkan bahwa badai turbulen pada katai coklat sangat umum.

"Kita berbicara tentang awan yang memiliki massa lebih besar dari bumi yang membentuk dan menghilang dalam skala waktu hanya beberapa jam pada katai coklat," kata Heinze. Awan ini jauh terlalu panas bagi air.Sebaliknya, para astronom percaya bahwa mereka terdiri dari pasir dan besi cair. Spitzer memantau badai kurang dari satu hari, sehingga para astronom tidak tahu apakah badai bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, seperti Jupiter Great Red Spot. Dalam beberapa kasus, badai bisa dinamis dan cepat berubah, kata Heinze.

Pengamatan kecerahan dimungkinkan karena Spitzer berada di atas atmosfer bumi, di mana kilau panas planet kita tidak mengaburkan mereka. Kejutan lain dari pengamatan Spitzer adalah kanap putaran katai coklat melambat. Pemikiran konvensional menyatakan bahwa katai coklat berputar dengan cepat ketika mereka terbentuk, tanpa melambat seiring bertambahnya usia. Tim tidak tahu mengapa katai coklat berputar begitu lambat. Mereka mungkin telah terbentuk dalam cara yang tidak biasa, atau mereka dapat diseret oleh gravitasi dari planet yang tidak diketahui yang mengorbit dekat.


referensi:
http://langitselatan.com/2013/07/11/hujan-kaca-di-planet-hd-189733b/
http://sains.kompas.com/read/2012/02/19/20285966/Tornado.Menyapu.Permukaan.Matahari
http://novenrique.blogspot.com/2013/10/planet-super-bumi-asing-mempunyai.html
https://gapih.wordpress.com/2014/05/01/cuaca-ekstrim-planet-pluto/
http://astronesia.blogspot.co.il/2014/01/badai-hujan-besi-cair-terjadi-di.html
Related Posts

Related Posts